Merantau menjual Es Dawet
IAIN-ukhuwah,
kamis (18/10/12) Merantau menjual es.
Faktor ekonomi
tidak menyurutkkan wanita berusia (40 th) yang berjualan es dawet sekitar
kampus Iain raden fatah Palembang,hal ini ia lakukan demi kelangsungan hidupnya
beserta keluarga. Wanita berusia (40 th) seharusnya duduk manis dirumah untuk
mengurus keluarga, berbeda dengan ibu ropi yang harus memperjuangkan kehidupan
keluarganya dan berjualan ea dawet.
Ropi adalah
salah satu dari sekian banyak warga transmigrasi dari jawa yang pindah
kesumatra dia mempunyai seorang suami yang berjualan es dawet dan mempunyai dua
orang anak, anak yang pertama sudah menikah dan yang kedua masih duduk dibangku
madrasah aliyah. Ropi tiggal dikawasan Sekip,dirumah kontrakan yang taklayak huni,
tinggal bersama keluarganya saat musim hujan datang kontrakan beliau terendam
banjir.
Sekitar 1987 ibu
ropi hijrah dari jawa tengah kesumatra selatan untuk mencari kehidupan lebih
baik dari pada dijawa, Ibu ropi memulai berjualan es dawet sudah 20 th lamanya
dengan penuh usaha tanpa kata menyerah. Ibu ropi memilih berjualan es dawet
karena itilah keahlian yang ia miliki dan juga sudah keturunan beliau semua
keluarganya dari jawa memang tlah turun temurun berjualan es dawet.modal dari
jualan es dawet perhari berkisar Rp.100.000 dengan memperoleh keuntungan
berkisar Rp.100.000-150.000 tergantung dengan cuaca.
“enggeh le
keluhane kulo dodolan es niki pas waya jawah, es dawet mboten payu dadi kulo
mboten angsal yotro.” Ungkapnya dengan bahasa khas daerahnya.
bagus,,
BalasHapustpi bahso jawonya dak terti,,
hahaha,, :)