Antropologi Budaya
Palembang, (23/10) Pohon adalah salah satu keajaiban alam terhebat. Semua ajaran agama dengan
tegas menempatkan pohon menjadi simbol dan sumber kehidupan manusia. Relief –
relief di candi borobudur, candi prambanan dan candi – candi lain melukiskan
pohon dalam kehidupan kita. Sakral dan romantis. Cinta dan kedamaian terukir
dengan menanam pohon dan segala aktivitas kehidupan di bawah pohon. Kebencian
dan anarki dilukiskan dengan menebang pohon.
Pohon adalah pembentuk ruang paling dasar (akar dan tanah
= lantai, batang = tiang, ranting dan daun = atap) yang menciptakan keteduhan
agar manusia dapat melakukan aktivitas di bawahnya. Sang Buddha Gautama
merenung hening di bawah pohon bodi (picus
religiosa). Para murid yang sekolahnya ambruk tetap dapat belajar di bawah
kekeringan pohon.
Tetapi pohon – pohon kini merana karena tumbang ditiup
angin atau ditebangi tanpa kendali. Padahal, pohon wajib dilindungi dan
dilestarikan apa pun alasannya. Menebang pohon sama saja mempercepat ajal kita.
Pada era pemanasan bumi dan berbagai bencana alam
(banjir, tanah longsor, percemaran udara, krisi air) terjadi gerakan penanaman
pohon besar yang lebih banyak lagi merupakan hal mutlak. Pohon berjasa menahan
air dalam tanah, mencegah erosi dan longsor, menjadi habitat bagi beragam
makhluk hidup, memproduksi oksigen, menyerap karbondioksida – gas rumah kaca
penyebab pemanasan global – menyaring gas polutan, meredam kebisingan, angin
dan sinar matahari dan menurunkan suhu kota.
Tetapi sungguh ironis sekali apabila kita lihat dengan
gambar pohon yang sudah tidak ada nyawanya lagi, daun berguguran dan mungkin
menunggu hari saja untu tumbang, maka dari itu kita sebagai generasi muda harus
aktif dan kreatif untuk menghijaukan bumi pertiwi, kalau kita semua tidak sadar
siapa lagi yang akan menyelamatkan bumi ini, akibat pemanasan global semua
sudah berubah, dulunya yang sejuk kini menjadi gersang dan panas, maka dari itu
mari kita menanam pohon, satu pohon satu orang insyaallah itu akan membantu
mengurangi pemanasan global.
Oleh: Muhammad syaikodir
Dakwah/jurnalistik/12530057
Dakwah/jurnalistik/12530057
Canon. 8.0 M.p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar